Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dinilai telah berpolitik menyusul sejumlah pernyataannya akhir-akhir ini. Mulai dari perintah menonton film G30S/PKI hingga ucapannya soal pembelian 5.000 pucuk senjata api yang kemudian diralat oleh Menkopolhukam Wiranto.
Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjadjaran, Bandung, Muradi menilai Jenderal Gatot telah melakukan sejumlah manuver politik dalam setahun belakangan ini. Dia menyebut tiga contoh, yakni menunggangi momentum aksi demo 4 November (411) atau 2 Desember alias 212. Kedua, dengan mendorong momentum, misalnya melalui perintah nonton bareng film G30S/PKI. Ketiga, menciptakan momentum baru.
"Saya sudah lihat dia berpolitik sejak setahun lalu. Buat saya berat untuk mengatakan dia (Jenderal Gatot) tidak berpolitik," kata Muradi kepada wartawan, Selasa (26/9/2017). "Kalau dia gentlemen, baik-baik serahin komando, ya sudah saya berpolitik," tambah dia.
Gatot juga pernah membuat kontroversi ketika dalam wawancara dengan sebuah stasiun televisi menyatakan diri tersinggung bila umat Islam dituding akan melakukan makar. "Kalau ada demo, jangan dianggap makar. Pasti demo akan dilakukan dengan kedewasaan masyarakat salurkan aspirasinya, dan itu sah-sah saja," ucap Gatot, 4 Mei 2017.
Padahal beberapa waktu sebelumnya, Polri baru saja menangkap sejumlah tokoh yang dianggap akan berbuat makar dengan menunggangi aksi-aksi massa. Meski terkesan sungkan, Kadiv Humas Irjen Setyo Wasisto kepada pers akhirnya menyatakan, "Penetapan tersangka sudah memenuhi prosedur yang harus dilalui. Bukti, ada bukti. Bukti kan pasti ada," kata Setyo menanggapi pernyataan Jenderal Gatot.
Selang dua pekan kemudian, Jenderal Gatot kembali membuat sejumlah pihak tercengang. Saat tampil dalam Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar di Balikpapan, dia membacakan puisi 'Tapi Bukan Kami Punya'. Puisi karya konsultan politik Denny JA itu berisi kritik terhadap pemerintah.
"Kalau Panglima bermaksud dengan puisi ini untuk kritik pemerintahan Jokowi, salah alamat deh. Jangan-jangan ibarat menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri," ujar anggota Komisi I DPR Andreas Hugo Pareira dari Fraksi PDI Perjuangan, 23 Mei 2017.