PADANG - Tema randai "manjapuik nan tatingga" pada seni budaya Minangkabau dalam Festival Randai Tingkat Sumatera Barat di Taman Budaya Padang, 27 - 28 November 2017.
Saparman, Rizal Tanjung dan Ismar Mahadis ditunjuk menjadi juri dalam festival randai tersebut. Festival randai diikuti oleh 14 kabupaten/kota di Sumbar kecuali Mentawai, Pasaman, Pasaman Barat, Agam dan Padang Panjang.
Menurut Kadis Kebudayaan Sumbar, Taufik Effendi, Minangkabau, kesenian merupakan pamenan rang mudo, permainan anak muda-muda. Pertunjukan kesenian yang merangkum semua jenis kesenian ialah randai.
Dijelaskannya randai sebuah kesenian tradisi yang hidup di Minangkabau sudah ada sejak lama, sejak antar komunitas dari satu nagari dan nagari lain bersosialisasi. Pola melingkar dengan penonton/ penikmatnya mengelilingi permainan randai, telah menyatukan, membaurkan antara penonton dan pemain. Di dalam sebuah pertunjukan randai, ditemui berjenis kesenian yang khas seperti; seni suara (dendang/ gurindam), musik (saluang, talempong, gendang), gerak ( akting, pencak, tari, galombang), sastra/cerita atau kisah (dialog, jok/ komik,monolog).
Lalu sejak kapan randai ini berkembangnya? Seperti juga kesenian tradisi lainnya, tidak ada catatan pastiyang menyebutkan. Namun dari beberapa penelitian, menyebutkan bahwa randai tercipta dan dimainkan oleh anak-anak muda di sebuah sasaran,perguruan silat. Pada mulanya, anak laki-laki di Minangkabau harus mampu membela diri dengan mempelajari ilmu beladiri yang disebut silat.
Lebih jauh Kadis Kebudayaan menjelaskan gerak-gerak silat, yang disebut juga pancak,pencak, bila dilakukan pengulangan terasa cukup ritmis dan dinamis, sehingga kalau distilir akan nampak lebih indah, bahkan menyerupai sebuah tari. Lalu gerak-gerak tersebut dilakukan secara melingkar, yang terkadang membentuk rantai pertanda kekompakan. Semua pemain mengenakan celana latihan silat yang disebut galembong, sehingga ketika celana galembong tersebut ditepuk secara serentak akan menimbulkan bunyi yang khas, bagaikan deburan ombak di pantai.
Legaran, gerakan melingkar tersebut kemudian diisi dengan dendang gurindam yang diikuti oleh musik; saluang,talempong, pupuik batang padi, dan gendang. Oleh pangkatuo pelatih silat, legaran tersebut diisi dengan kaba cerita rakyat yang sudah ada sebelumnya.
Umumnya cerita rakyat yang dimainkan ialah cerita-cerita menarik yang menyampaikan pesan “andaian” atau “perumpamaan”, sehingga masyarakat peminatnya menyebutnya sebagai sebuah pertunjukan barandai, berandai, beramsal, urai Kadis Kebudayaan didampingi koordinator festival, Wismi Lusita.
Harapannya seni randai dapat disukai oleh generasi muda yang berjiwa dinamis lewat gerakannya yang bagai deburan ombak di pantai. Seni randai sudah mendunia dan sangat naif sekali kita tidak melestarikannya.