SLEMAN - Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yudian Wahyudi akhirnya angkat bicara terkait sejumlah peraturan yang diberlakukan di kampusnya, selain perihal larangan mahasiswi bercadar.
Terlebih selama ini, banyak bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang berterbaran di kampusnya. Yudian merasa kampusnya dikudeta oleh orang-orang tak bertanggung jawab.
"Dipasangi bendera HTI itu maksudnya apa? Kami merasa dikudeta. Kesannya kampus UIN Sunan Kalijaga itu sarang HTI. Kami dianggap pemberontak Pancasila," ujarnya sewaktu jumpa pers di kampusnya mengenai pelarangan mahasiswi bercadar, Senin (5/3).
Bendera HTI tersebut, dijelaskannya berkibar pada hari Minggu (4/3). Atas peristiwa itu, pihaknya punmengeluarkan surat dengan nomor B-1031/Un.02/R/Ak.00.3/02/2018. Surat tersebut berupa pendataan mahasiswi yang bercadar dalam berkegiatan di kampus.
"Kalau kami ikut HTI, mendirikan khilafah Islamiyyah ini bahaya. Sama saja membubarkan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Dari pendataan itu didapati sekitar 41 mahasiswi yang bercadar akan dilakukan pembinaan. Dari para dosen dengan berbagai disiplin ilmu, seperti psikologi, syariah, kependidikan, maupun kewarganegaraan.
Ditegaskannya, kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta merupakan kampus negeri yang menganut Islam moderat. Menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan berkeadilan. "Bercadar itu berlebihan," ucapnya.
Selain kebijakan yang sudah lama berjalan ditegaskan kembali, pada penerimaan mahasiswa baru nanti akan dilakukan lebih selektif. Ketika ada yang belum bisa membaca Alquran maka setidaknya setahun masuk asrama.
Untuk dididik di bidang agama, Pancasila, maupun yang lainnya. Kemudian juga orang tua atau wali akan diberitahukan kalau kampusnya memiliki kebijakan-kebijakan tertentu yang memang sedikit berbeda dengan universitas lain.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sunan Kalijaga Waryono mengatakan hasil penelitian dari skripsi mahasiswa menemukan bahwa mereka yang bercadar itu karena terpisah dari komunitas besar kemudian menemukan yang lain.
Selain itu, mereka juga tidak diketahui oleh orang tuanya kalau memilih untuk menggunakan cadar. "Intinya mengantisipasi hal-hal yang negatif," ucapnya.